Chiang Mai, Thailand — Pada tanggal 17 hingga 19 Juli 2025, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sumatera Utara kembali menunjukkan kiprahnya di kancah internasional melalui partisipasi dosen dari Program Studi Sejarah Peradaban Islam, Nabila Yasmin, M.Phil., dalam Konferensi Internasional bertajuk Decolonizing Southeast Asia Studies. Konferensi yang diadakan di Chiang Mai ini menjadi ajang pertemuan para akademisi dan peneliti dari berbagai negara yang membahas isu-isu dekolonisasi dan studi tentang Asia Tenggara.
Dalam konferensi tersebut, Nabila Yasmin mempresentasikan paper berjudul “Decolonizing Historical Sources: Reviving Local Histories in Southeast Asia through Genealogy“. Presentasi ini menyoroti pentingnya merevitalisasi narasi sejarah lokal yang sering terpinggirkan dalam studi sejarah tradisional yang didominasi sumber-sumber kolonial.
Nabila mengawali dengan mengulas bahwa historiografi kolonial tentang Asia Tenggara umumnya didasarkan pada sumber-sumber Eropa, yang menunjukkan perspektif yang terbatas dan parsial terhadap kawasan ini dan masyarakatnya. Ia menekankan bahwa catatan kolonial seringkali lebih memperlihatkan sudut pandang administrator kolonial, sementara dinamika sosial, budaya, dan keluarga dari komunitas asli seringkali tidak tercermin secara lengkap.


Lebih jauh, Nabila menyoroti bahwa banyak komunitas di Asia Tenggara memiliki cara sendiri dalam menyimpan sumber sejarah, seperti catatan genealogis atau sejarah keluarga yang tersimpan dalam karya-karya lokal, seperti Malay Annals, Sulālat al Salāṭīn (Chronicling the Kings of Pasai), Hikayat Raja-Raja Pasai, Chronicle of Java, Babad Tanah Jawi, Chronicle of Banjar, dan Hikayat Banjar. Ia menegaskan bahwa genealogis ini merupakan sumber penting untuk merekonstruksi dan melestarikan narasi sejarah komunitas di kawasan tersebut.
Nabila menjelaskan bahwa artikel yang ia presentasikan membahas peran penting genealogis dalam menghidupkan dan memperkaya sejarah lokal sebagai bentuk tantangan terhadap narasi kolonial. Berbeda dari narasi terpusat yang sering dibentuk oleh historiografi kolonial, sejarah lokal menyoroti kehidupan sehari-hari masyarakat dan mencerminkan pandangan dunia dari masyarakat Asia Tenggara. Ia menegaskan bahwa menghidupkan kembali genealogis sebagai metode sejarah sangat penting dalam proses dekolonisasi sejarah kawasan ini. Genealogis menekankan pengalaman hidup masyarakat, bukan sekadar dokumen resmi dan arsip kolonial yang seringkali memutarbalikkan perspektif kelompok yang terpinggirkan.


Penggunaan genealogis memungkinkan pemahaman sejarah yang lebih individualistik dan bernuansa budaya, dengan menitikberatkan kontinuitas, identitas, dan memori kolektif dari komunitas. Dengan demikian, genealogis menjadi alat penting untuk memperjuangkan narasi sejarah yang lebih adil dan inklusif, serta memperluas wawasan tentang identitas budaya di Asia Tenggara.
Partisipasi Nabila Yasmin dalam konferensi ini mendapat apresiasi tinggi dari para peserta internasional dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat studi regional yang aktif berkontribusi dalam kajian dekolonisasi dan studi Asia Tenggara. Selain mempresentasikan karya ilmiahnya, Nabila juga mengikuti diskusi dan menjalin jaringan kolaborasi penelitian lintas negara.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Prof. Dr. Mesiono, M.PD., melalui pernyataan resminya menyampaikan apresiasi atas keikutsertaan Nabila Yasmin, yang menunjukkan kualitas dan komitmen akademik dosen Fakultas Ilmu Sosial dalam mengembangkan studi sejarah dan budaya kawasan Asia Tenggara.
Diharapkan, keikutsertaan Nabila Yasmin ini dapat membawa dampak positif terhadap pengembangan ilmu pengetahuan di tanah air dan memperkuat posisi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara di kancah internasional dalam bidang studi sejarah dan budaya Asia Tenggara.