Yogyakarta, 21 Agustus 2025 — Tiga dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumatera Utara—Dr. Retno Sayekti, MLIS., Dr. Abdul Karim Batubara, MA., dan Franindya Purwaningtyas, MA.—menjadi delegasi kampus dalam The 9th International Library and Information Science Society (I-LISS) Conference yang berlangsung pada 20–22 Agustus di Yogyakarta. Kehadiran mereka menegaskan komitmen UIN Sumatera Utara untuk senantiasa mengikuti perkembangan mutakhir di bidang ilmu perpustakaan dan sains informasi (LIS) serta memperluas jejaring kolaborasi di tingkat nasional maupun internasional.


Konferensi I-LISS edisi kesembilan ini dirancang oleh Asosiasi Dosen Ilmu Perpustakaan (ASDIP) bekerjasama dengan International Library and Information Science Society (I-LISS). Koneferensi ini merupakan forum global yang mempertemukan para akademisi, praktisi, pendidik, dan pembuat kebijakan untuk mendiskusikan tema-tema baru serta inovasi yang memengaruhi masa depan LIS. Dengan fokus besar pada transformasi digital, pelestarian budaya, pengembangan kepemimpinan, dan praktik informasi yang etis, acara ini menyuguhkan rangkaian pleno, diskusi panel, lokakarya, hingga sesi jejaring profesional yang diikuti oleh ratusan peserta dari Canada, Korea, India, Thailand, Philippines, Malaysia, Brunei dan Singapore serta Indonesia.
Lima klaster tematik menjadi kerangka utama diskusi:
1) Digital Competency, AI, and Future-Proofing LIS Professionals;
2) Cultural Narratives, Language, and Heritage in Digital Spaces;
3) Leadership, Soft Skills, and Human-Centered LIS Practice;
4) Ethical, Transformative, and Strategic Information Practices; serta
5) Reimagining LIS Education for the 21st Century.
Dalam setiap klaster, para peserta diajak menelaah tantangan terkini—mulai dari pemanfaatan kecerdasan buatan di perpustakaan, strategi preservasi warisan budaya dalam ruang digital, hingga penyusunan kurikulum LIS yang adaptif terhadap kebutuhan generasi mendatang.
Selama tiga hari kegiatan, ketiga dosen UIN Sumatera Utara aktif mengikuti berbagai sesi pleno dan lokakarya. Dr. Retno Sayekti menekankan pentingnya kebijakan institusi terkait pemanfaatan kecerdasan buatan secara beretika, terutama di tengah percepatan adopsi teknologi informasi. “Forum ini membuka sudut pandang baru tentang bagaimana kecerdasan buatan dapat dimanfaatkan secara etis untuk meningkatkan layanan pendidikan di Perguruan Tinggi,” ujarnya dalam sesi diskusi.




Selain memperkaya pengetahuan, para dosen memanfaatkan sesi jejaring (networking) untuk menjajaki peluang kerja sama riset dengan universitas di Canada, Malaysia, Brunei, India, Korea, Singapore, Thailand, dan Philippine, serta membuka diskusi awal tentang pertukaran mahasiswa dan program magang internasional. Mereka juga terlibat dalam forum kebijakan (policy forum) yang membahas akses terbuka dan hak kekayaan intelektual, isu yang semakin penting di era pemanfaatan data besar (big data) dan repository institusi.
Partisipasi aktif dalam The 9th I-LISS Conference tidak hanya memperluas perspektif akademik para dosen, tetapi juga menegaskan peran UIN Sumatera Utara sebagai salah satu institusi yang turut mendorong inovasi, kolaborasi, dan praktik informasi yang bertanggung jawab demi kemajuan masyarakat informasi Indonesia.
I-LISS Perkuat Jejaring Internasional: Chapter Indonesia Aktif, Siapkan Kolaborasi Lintas Negara
Di sela rangkaian The 9th International Library and Information Science Society (I-LISS) Conference (20–22 Agustus 2025), I-LISS menggelar rapat strategis untuk penguatan jejaring internasional dan konsolidasi chapter Indonesia yang kini telah beranggotakan lebih dari 20 orang. Pertemuan ini menegaskan orientasi khas I-LISS: jejaring dibangun berbasis relasi personal yang erat sebagai fondasi kolaborasi ilmiah yang berkelanjutan—mulai dari riset bersama, publikasi, hingga program pengembangan kompetensi.
Dalam pemaparan pembuka, narasumber menyoroti sejarah lebih dari satu dekade membangun komunitas internasional berbasis kepercayaan dan pertemanan. Pola ini terbukti efektif menjaga kohesi organisasi sekaligus membuka pintu kolaborasi akademik lintas institusi. Melalui pendekatan “people-to-people”, I-LISS mendorong anggota untuk menikmati interaksi personal yang kemudian bermuara pada kerja bersama yang konkret.
Pertemuan ini juga menyinggung penyelenggaraan konferensi internasional yang diharapkan sebagai ajang “excellent” untuk mempertemukan praktisi dan akademisi dari berbagai negara. Harapannya, peserta dapat merasakan kekuatan jaringan serta membaca prospek masa depan I-LISS sebagai ekosistem kemitraan yang produktif.


Chapter Indonesia: Momentum Baru, Aksi Lebih Terarah
Chapter Indonesia yang aktif dengan >20 anggota dipandang sebagai motor penggerak program I-LISS di tingkat nasional. Konferensi ini merekomendasikan agar chapter segera merumuskan rencana kegiatan terstruktur—mulai dari kalender diskusi tematik, klinik penulisan artikel, hingga penjajakan riset kolaboratif dengan mitra internasional—agar kontribusi Indonesia terintegrasi ke jaringan global dan berdampak nyata bagi pengembangan ilmu perpustakaan & informasi.
Arah Kebijakan: Relasi Personal sebagai Pondasi Kolaborasi Ilmiah
Sejalan dengan moto organisasi, I-LISS menegaskan bahwa relasi personal bukan sekadar pelengkap, melainkan strategi inti untuk menumbuhkan kepercayaan, menyamakan visi, dan memperlancar aliran pengetahuan. Dengan fondasi hubungan yang kuat, kerja sama akademik—mulai dari riset, publikasi, hingga program pelatihan—diharapkan tumbuh lebih natural, inklusif, dan berkelanjutan.
Tindak Lanjut
Untuk memastikan keberlanjutan inisiatif, pertemuan ini menggarisbawahi tiga fokus tindak lanjut berikut:
- Rencana kerja Chapter Indonesia: menyusun kalender kegiatan dan tata-kelola agar chapter berfungsi optimal serta terhubung erat dengan jaringan global I-LISS.
- Perincian konferensi & outcome: memperjelas agenda, tujuan, dan hasil yang ditargetkan sehingga pertemuan ilmiah I-LISS menghasilkan dampak terukur bagi anggota.
- Mekanisme penguatan relasi antar angggota: merancang cara-cara efektif dan berkelanjutan untuk menjaga jejaring personal yang menopang kolaborasi riset dan program akademik.
Pada akhir pelaksanaan konferensi, panitia mengajak peserta mengunjungi situs-situs wisata bersejarah sebagai bagian dari program “cultural immersion”. Kegiatan tersebut memberi wawasan langsung mengenai pengelolaan koleksi budaya Jawa dan penerapan teknologi digital untuk meningkatkan akses publik terhadap artefak tradisional. Pengalaman lapangan ini dianggap relevan dengan klaster kedua yang menyoroti narasi budaya serta pelestarian bahasa dan warisan dalam ruang digital.