KUTACANE, (kabar fis) – Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan, Prof. Dr. Abdurrahman, M.Pd dan Dosen Ilmu Perpustakaan (IP) FIS UINSU Medan, Abdi Mubarak Syam, MA, menjadi narasumber dalam Pelatihan Kepala Perpustakaan Pendidikan Agama Islam (PAI) Mandiri, se Kabupaten Aceh Tenggara.
Kegiatan yang diikuti 87 guru PAI TK, SD, SMP, SMA/SMK se kabupaten Aceh Tenggara, berlangsung pada 5 Januari 2023 sampai 7 Januari 2023, di Kantor Cabang Dinas Pendidikan, Desa Mbarung, Kabupaten Aceh Tenggara. Selain dari FIS UINSU Medan, tiga dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UINSU, Ali Daud Hasibuan, M.Pd, Dr. Ahmad Darlis, M.Pd.I, dan Muhammad Fery Prayoga, M.Pd, juga menjadi narasumber.
Kegiatan ini sendiri diinisiasi Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) Kabupaten Aceh Tenggara. Ketua DPD AGPAII Aceh Tenggara, Hadiyan Husni Salam, mengatakan, kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi guru-guru PAI di Kab Aceh Tenggara. “Kegiatan ini juga merupakan kegiatan mandiri, yang diinisiasi para guru-guru PAI,” bebernya.
Dekan FIS UINSU, Prof Abdurrahman, mengatakan, tujuan dari kegiatan pelatihan ini adalah untuk memberikan keterampilan baru bagi guru PAI dalam mengelola perpustakaan PAI di sekolah. Sehingga, melalui kegiatan ini guru PAI diharapkan dapat menguasai hakikat, manajemen dan pengembangan perpustakaan.
“FIS yang memiliki Prodi Ilmu Perpustakaan di dalamnya, sangat berkepentingan agar kompetensi tentang pengelolaan perpustakaan dimiliki oleh para guru dan masyarakat. Tentu bisa dilakukan lewat pelatihan seperti ini,” ujarnya dalam materi Kualifikasi dan Kompetensi Tenaga Perpustakaan Sekolah.
Dia juga mendorong guru untuk mampu mengembangkan profesionalitas dalam pengembangan perpustakaan di sekolah masing-masing. Di sini kata Prof Abdurrahman, dibutuhkan konsistensi dan kesadaran akan tugas pokok dan fungsi sebagai guru. Sementara Abdi Mubarak Syam, MA, menambahkan koleksi buku/referensi PAI perlu diperbanyak di perpustakaan. “Tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik di Kabupaten Aceh Tenggara,” kata Abdi.(min)